Rabu, 02 November 2011

Waktu....


Amanah kita lebih banyak dari WAKTU yang tersedia....

WAKTU adalah nafas yang takkan bisa kembali....

WAKTU ibarat sungai yang terus mengalir ke seluruh penjuru melewati pedesaan, perkotaan, kepulauan, . . .

WAKTU adalah batas akhir kesempatan.....

1 detik bisa jadi WAKTU yang sangat singkat tapi bisa jadi waktu yang cukup lama...
1 menit bisa jadi WAKTU yang sangat singkat tapi bisa jadi waktu yang cukup lama...
1 jam bisa jadi WAKTU yang sangat singkat tapi bisa jadi waktu yang cukup lama...
1 hari bisa jadi WAKTU yang sangat singkat tapi bisa jadi waktu yang cukup lama...
1 bulan bisa jadi WAKTU yang sangat singkat tapi bisa jadi waktu yang cukup lama...

WAKTU adalah perencanaan....
WAKTU adalah persiapan....
WAKTU adalah pengelolaan....
WAKTU adalah pengevaluasian....
dan WAKTU adalah kesabaran .....

Sedemikian besar peranan waktu, sehingga Allah Swt. Berkali-kali bersumpah dengan menggunakan berbagai kata yang menunjuk pada waktu-waktu tertentu seperti wa Al-Lail(demi Malam), wa An-Nahar (demi Siang), wa As-Subhi, wa AL-Fajr, dan lain-lain..

“Kehidupan ini tidak lain saat kita berada di dunia, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan (mematikan) kita kecuali dahr (perjalanan waktu yang dilalui oleh alam)” (QS Al-Jaatsiyah [45]: 24)

Jangan menunda-nunda, jangan menunggu hari esok, siapkan diri untuk sebuah kebaikan...

Bismillaah...

Jumat, 06 Mei 2011

Belajar untuk siap

Karena Kesiapan akan terus mengalir bersamaan dengan kita menjalaninya...

Berkisah tentang menuju pernikahan adalah hal yang selalu menarik untuk dikisahkan terutama bagi yang akan menuju padanya.Menujunya adalah suatu ibadah, wajar jika kita akan memulainya banyak godaan .Bagi yang belum merasakannya, mungkin hanya bisa mengira-ngira atau meraba-raba bagaimana rasanya menuju dan menikmati episodenya.

Siapakah ia? Bagaimanakah ia? Itu adalah pertanyaan mendasar untuk siapa calon kita nanti. Ia akan lebih surprise jika ia adalah orang pertama yang kita kenal. Semua penuh kejutan, karena itu adalah bagian dari rahasia ALLAH kepada hambaNya.

Sudah siapkah? Tidak akan lagi seorang diri , tapi ia akan menjadi dua kepala yang menyatu bersama, berjalan berdampingan untuk bisa saling melengkapi. Yakinlah bahwa calon kita nanti adalah orang yang terbaik yang ALLAH berikan.

Berbicaralah dengan hati dan akal kita pun diikutsertakan dalam memilih / menentukan jodoh, singkirkanlah urusan dunia untuk sementara. Kecantikan, ketampanan, kekayaan. Beralih lah dulu menuju aklaq dan agamanya, karena itu akan menyelamatkanmu. Bukan hanya sekedar teori, insyaALLAH ini adalah hal yang utama. Bersyukur jika kita mendapatkan apa yang kita inginkan.

Setiap orang pastilah mempunyai prinsip dalam memilih jodohnya. Ada satu hal yang menurutku itu adalah hal yang luar biasa… ketika kita berusaha sekuat tenaga menjaga diri sebelum adanya ikatan yang sah, maka insyaALLAH kita pun juga akan mendapatkan calon pendamping yang ia juga selalu menjaga dirinya. Tetaplah berprasangka baik dengan calon pasangan kita. Berharap ALLAH memberikan yang terbaik sekali dalam seumur hidup dan seterusnya.

Aamiin,,,,

Senin, 25 April 2011

Karakter Rumah Tangga Islam :)

Secara bahasa kata rumah (al-bait) dalam Qamus Al-Muhith bermakna: kemuliaan, istana, keluarga seseorang, kasur untuk tidur, bisa pula bermakna: menikahkan, atau orang yang mulia.

Dari makna tersebut, rumah memiliki konotasi: tempat kemuliaan, sebuah istana, adanya suasana kekeluargaan, kasur untuk tidur, dan aktivitas pernikahan. Sehingga rumah tidak hanya bermakna tempat tinggal, tetapi juga bisa bermakna penghuni dan suasana.

Rumah tangga Islami bukan hanya sekedar berdiri di atas kemusliman seluruh anggota keluarganya. Bukan pula karena seringnya terdengar lantunan ayat-ayat al-Qur'an dari rumah itu, Dan bukan pula sekedar anak-anaknya disekolahkan ke masjid sewaktu sore hari.

Rumah tangga Islam adalah rumah yang didalamnya ditegakkan adab-adab Islam, baik menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah. Dari makna tersebut, rumah memiliki konotasi: tempat kemuliaan, sebuah istana, adanya suasana kekeluargaan, kasur untuk tidur, dan aktivitas pernikahan. Sehingga rumah tidak hanya bermakna tempat tinggal, tetapi juga bisa bermakna penghuni dan suasana.

Rumah tangga Islami bukan hanya sekedar berdiri di atas kemusliman seluruh anggota keluarganya. Bukan pula karena seringnya terdengar lantunan ayat-ayat al-Qur'an dari rumah itu, Dan bukan pula sekedar anak-anaknya disekolahkan ke masjid sewaktu sore hari.

Rumah tangga Islam adalah rumah yang didalamnya ditegakkan adab-adab Islam, baik menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah. mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar, karena kecintaannya kepada Allah.

Rumah tangga Islami adalah rumah tangga teladan yang menjadi panutan dan dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Mereka berkhidmad kepada Allah Swt. Dalam suka maupun duka, dalam keadaan senggang maupun sempit.

Rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang didalamnya terdapat iklim yang sakinah (tenang), mawadah (penuh cinta) dan rahmah (sarat kasih saying). Perasaan itu senantiasa melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota keluarga merasakan suasana "surga" di dalamnya. Sesuai slogan yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Baiti Jannati.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri kalian dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kalian rasa kasih dan saying. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". (Ar-Rum:21)

Prinsip-prinsip dasar Rumah Tangga Islami, antara lain:

1. Ia tegak di atas landasan Ibadah

Rumah tangga Isalam harus didirkan dalam rangka beribadah kepada Allah Swt semata. Artinya sejak proses pemilihan jodoh, bertemu, menjalin kesepakatan hingga pelaksanaan pernikahan tidak terlepas dari prinsip ibadah.

Ketundukan sejak langkah awal mendirikan rumah tangga setidaknya menjadi pemicu untuk tetap tunduk dalam langkah-langkah selanjutnya kelak, jika terjadi permasalahan dalam rumah tangga akan dengan mudah menyelesaikannya, karena semua telah tunduk kepada peraturan Allah dan Rasulnya.



"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku" (Adz Dzariyat:56)



2. Nilai-nilai Islam terinternalisasi secara kaffah

Internalisasi nilai-nilai Islam secara kaffah (menyeluruh) harus terjadi dalam diri setiap anggota keluarga sehingga mereka senantiasa komit terhadap adab-adab Islami.



"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu". (Al-Baqarah:120)



Untuk itu rumah tangga Islami dituntut untuk menyediakan sarana-sarana tarbiyah islamiyyah yang memadai, agar proses belajar, menyerap nilai dan ilmu sampai akhirnya aplikasi dalam kehidupan sehari-hari bisa diwujudkan. Internalisasi ini harus berjalan terus menerus, bertahap dan berkesinambungan. Tanpa hal ini, adab-adab Islami tak akan bisa ditegakkan.



3. Hadirnya Qudwah yang nyata

Untuk menegakkan Islam secara kaffah perlu qudwah (Keteladanan) yang nyata dari sekumpulan adab Islam yang hendak diterapkan. Orang tua mempunyai posisi yang sangat penting dalam hal ini. Sebelum memerintah kebaikan atau melarang kemungkaran kepada anggota keluarganya, pertama kali orang tuanya harus memberikan keteladanan.

"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tiada kalian kerjakan" (Ash-Shaf:3-4)

Keteladanan sangat diperlukan, dalam proses interaksi anak-anak dengan orang tuanya sangatlah dekat. Anak akan langsung mengetahui kondisi ideal yang diharapkan. Di sisi lain, pada saat anak-anak masih belum dewasa, proses pencerapan nilai-nilai lebih tertekankan pada apa yang mereka lihat dan dengar dalam kehidupan sehari-hari. Tak banyak manfaat orang tua menyuruh anak-anaknya rajin melaksanakan shalat tepat waktu, sementara ia sendiri selalu asyik melihat acara televisi saat adzan mahrib tiba.

4. Masing-masing anggota keluarga diposisikan sesuai syariat

Islam telah memberikan hak dan kewajiban bagi masing-masing anggota keluarga secara tepat dan manusiawi. APabila hal itu ditepati, akan mengantarkan mereka pada kebaikan dunia dan akhirat.

"Dan janganlah kamu iri hati apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu, lebih banyak dari yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu". (An Nisa':32)

Masih banyak keluarga muslim yang belum bisa berbuat sesuai dengan tuntunan Islam. Betapa banyak kita dengar keluhan keguncangan keluarga Muslim bermula tidak terpenuhinya hak dan kewaiban masing-masing. Suami hanya menuntut haknya dari istri dan anak-anaknya tanpa mau memenuhi kewajibanya. Demikian pula dengan istrinya. Yang terjadi kemudian adalah ketidak harmonisan Susana rumah tangga tersebut.

Penyimpangan seksual yang dilakukan oleh orang tua dan remaja, sumbernya berawal dari ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Fungsi-fungsi tidak berjalan secara normal, karena adanya katup-katup curahan perasaan yang tersumbat, dan akhirnya meledak dalam bentuk penyimpangan-penyimpangan.



Dalam Islam masing-masing anggota dalam rumah tangga mendapatkan posisinya. Suami adalah pemimpin umum yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup rumah tangga. Karenanya tugas mencari penghidupan dibebankan dipundaknya. Istri adalah pemimpin rumah tangga untuk tugas-tugas internal, yang bertugasmengatur urusan kerumahtanggaan, baik ditangani sendiri maupun dengan bantuan orang lain.

Sabda Rasulullah Saw.: "Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Lelaki adalah pemimpin di rumah tangganya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya". (HR Bukhari)

5. Terbiasakanya ta'awun dalam menegakkan adab-adab Islam

Berkhidmat dalam kebaikan tidaklah mudah, amat banyak gangguan dan godaannya. Jika semua anggota keluarga telah bisa menempatkan diri secara tepat, maka ta'awun (tolong menolong) dalam kebaikan akan lebih mungkin terjadi.

"Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan" (Al-Maidah: 2)

Betapa sulit kita membentuk suasana islami apabila kerjasama antar anggota keluarga tidak terwujud. Masing-masing sibuk dengan berbagai urusannya. Mungkin juga masing-masing aktif di pengajian, namun tidak ada suasana saling tolong menolong dan menasihati dalam kebaikan dan taqwa.

Rumah hanya menjadi tempat tidur dan tempat istirahat di malam hari. Jika pun ada komunikasi antar mereka di rumah maka komunikasi itu tidak lagi dibarengi dengan suasana hangat. Tentu keluarga ini akan sulit untuk menciptakan suasana islami. Apalagi mengemban beban dakwah lebih luas.



6. Rumah terkondisikan bagi terlaksnanya peraturan Islam

Adab-adab islami dalam rumah tangga akan sulit dilaksanakan jika struktur bangunan rumah secara fisik tidak mendukung. Di sini pembahasan rumah tangga islami banyak dilupakan.

Dalam budaya masyarakat tertentu lantaran permasalahan ekonomi—rumah hanyalah bangunan segi empat memanjang tanpa sekat ruang di dalamnya. Tidak ada ruang khusus bagi anak-anak perempuan yang terpisah dengan anak-anak laki-laki. Begitu juga ruang khusus suami istri.

Pada masyarakat modern, problem perumahan sangat mendesak bagi tiap keluarga. Ruang-ruang terbatas dan sangat sempit serta jarak antar rumah hanya sebatas satu tembok sudah dianggap biasa. Berbagai penyakit social akan menjadi ancamen serius di lokasi seperti ini.



7. Tercukupinya kebutuhan materi secara wajar

Memang materi bukanah segalanya. Ia bukan merupakan tujuan dalam kehidupan rumah tangga. Akan tetapi tanpa materi akan banyak hal yang tidak bisa didapatkan.



"Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi" (Al Qashash: 77)

Tindak lanjut dari point sebelumnya, amat jelas menggambarkan betapa keluarga Muslim dituntut memiliki materi yang cukup. Rumah yang luas dan kondusif pun juga dibutuhkan bagi upaya terbentuknya suasana islami. Walau bukan berarti rumah mewah dan lengkap dengan sarana kemewahannya. Akan tetapi melihat harga-harga sekarang , maka harus terpenuhi kebutuhan materi yang cukup untuk itu.

Bukan hanya itu, sarana berlangsungnya tarbiyah islamiyyah pun membutuhkan sejumlah materi. Membuat perpustakaan kecil, menghadirkan sarana permainan islami yang mencerdaskan anak, juga membutuhkan biaya. Belum lagi untuk pendidikan yang bermutu.



8. Rumah tangga dihindarkan dari hal-hal yang tidak sesuai dengan semangat Islam

Menyingkirkan dan menjauhkan berbagai hal di dalam rumah tangga yang tak sesuai dengan semangat keislaman harus dilakukan. Pada kasus-kasus tertentu yang dapat ditolerir, benda-benda, hiasan, dan peralatan yang harus dibuang atau dibatasi pemanfaatannya secara syariat, namun masih disimpan secara sengaja. Apalagi untuk menghormati benda-benda keramat dan lainnya.

Ada pula rumah tangga muslim yang memiliki berbagai peralatan elektronik, seperti: radio, tape recorder, televisi lengkap dengan antenna parabola, video game, laserdisc, bahkan computer dengan jaringan internet, camera digital, dan video shoot. Peralatan tersebut jelas memiliki manfaat bagi pemiliknya, namun disisi yang lain ada bahaya yang senantiasa mengancam yang siap menerkam. Keluarga harus memiliki batasan yang jelas dan tegas dalam pemanfaatannya.

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (At-Tahrim: 6)



9. Anggota keluarga terlibat aktif dalam pembinaan masyarakat

Diperlukan sebuah upaya pembinaan masyarakat (ishlahul mujtama') di sekitarnya menuju pemahaman yang benar tentang Islam yang shahih, untuk kemudian berusaha bersama-sama membina diri dan keluarga sesuai dengan arahan Islam. Disini rumah tangga Islami memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi kebaikan masyarakat di sekitarnya.

"Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula" (An-Nahl: 125)

Dalam era global ini, kita tidak mungkin bisa hidupsendirian terpisah dengan masyarakat, betapapun taatnya keluarga kita terhadap norma-norma ilahiyah, apabila lingkungan sekitar tidak mendukung, pelarutan-pelarutan nilai akan mudah terjadi, lebih-lebih pada anak-anak.



10. Rumah tangga dijaga dari pengaruh lingkungan yang buruk.

Dalam kondisi keluarga islami yang tak mampu memberikan nilai kebaikan kepada masyarakat sekitar yang terlampau parah kerusakannya, maka harus dilakukan upaya-upaya serius untuk membentengi—paling tidak—anggota keluarga. Harus ada mekanisme penyelamatan internal, agar tak larut dan hanyut dalam suasana jahili masyarakat sekitar.

Pada suatu kasus yang amat parah, keluarga muslim bahkan harus meninggalkan lokasi jahiliyah itu untuk mencari tempat yang lain yang lebih baik. Hal ini dilakukan demi kebaikan mereka.

"Maka tetaplah kamu dalam jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga kepada orangyang telah bertaubat beserta kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zhalim yanh menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tidak memiliki seorang penolongpun selain Allah, lalu kamu tidak akan diberi pertolongan". (Hud: 112-113)

Dikhawatirkan ketidak mampuan keluarga Islami untuk memberikan celupan nilai keislaman pada masyarakatnya akan berimbas buruk pada diri mereka sendiri. Artinya tatkala mekanisme defensive belum terjadi secara otomatis, maka ada peluang bagi munculnya rembesan-rembesan suasana jahiliyah dalam rumah tangga islami. Keluarga tersebut kian terdesak dan akhirnya larut dalam keburukan.
Demikian beberapa karakter dasar rumah tangga islami. Apabila sepuluh hal tersebut ada dalam suatu rumah tangga, tentu dari sana akan senantiasa memancar cahaya Islam ke lingkungan sekitarnya.

Selasa, 01 Maret 2011

Realita, buka mata buka hati!


Yang sebelumnya tak tersentuh, kini aku melihatnya dengan jelas.
Yang sebelumnya ku kira hanyalah kisah yang begitu jauh, ternyata ia begitu dekat denganku.

Dunia guru dan murid banyak membuka mata hatiku. Sebelumnya aku selalu terhibur dengan episode-episode yang penuh warna indah, tapi kini aku melihat masih banyak warna lain yang ternyata tak seindah lingkaran episode yang pernah kutemui.

Sedih, ketika kutemui beberapa murid kecilku memiliki keistimewaan dalam mengapresiasikan rasa ingin tahunya, rasa kecemburuannya sampai rasa ketidakterimaannya. Banyak orang mengatakan, “Huh, dasar anak nakal..” Kenapa ada perasaan gak terima di hati ini setiap mendengarnya? Bagaimanapun anak kecil ibarat kertas kosong yg belum ada coretanya. Makanya tergantung keluarga dan lingkungan, bagaimana mendidiknya. Seperti kata Kak Seto " Anak kecil adalah peniru yang baik ". Yap, benar ternyata setelah aku telusuri beberapa murid kecilku ini memiliki latar belakang keluarga yang cukup memilukan hati. Apa yang dia dapat dari rumah dia bawa dan praktekan di sekolah. Sedikit bercerita tentang murid-muridku..

Pertama, Badai (bukan nama sebenarnya), usianya hampir 7 tahun. Pertama aku melihatnya, dia memang yang paling menonjol, yang paling berani berkata ‘tidak’, yang berani berbeda dari yang lain. Dia selalu ingin ikut campur setiap peristiwa yang dialami teman-temannya, mungkin niatnya membantu mencarikan solusi, tapi malah jadi memperkeruh dan ujung-ujungnya tangan serta kakinya lebih mendominasi, ehm sudah kuduga jatuhlah korban. Dalam sehari bisa dua bahkan tiga korban berjatuhan, lagi..lagi Badai. Tidak hanya itu, pernah dalam satu pekan dia memakai seragam yang tidak semestinya, misalnya seragam yang seharusnya dipakai hari senin dia pakai hari selasa, dan seragam yang dipakai hari kamis dia pakai hari rabu. Ada-ada saja polah si Badai. Pernah suatu saat, ketika murid kelas 2 sedang olah raga, kran displenser dia buka dan mungkin lupa untuk menutupnya, galon yang masih terisi lebih dari setengah itu habis, ruang kelas pun menjadi banjir. Suatu hari yang benar-benar membuatku gemes, dalam sehari 4 kali dia ketahuan tidak jujur, pertama gak mengaku telah meminum juz jeruk yang bukan haknya, kedua bilangnya sudah membaca iqro dengan salah satu guru, eh ternyata setelah di kroscek hanya fiktif belaka, ketidakjujuran yang ketiga adalah membuang penghapus teman sekelasnya, jelas-jelas banyak saksi yang melihat, tetapi tetap bersikeras tidak mau mengaku, dan yang terakhir mengambil uang si pemilik juz tadi sebesar 2000 rupiah. Sebenarnya apa yang terjadi denganmu Badai? Saat ini Badai tinggal dengan Eyang kakung, Eyang putri dan ibu kandungnya. Pernah suatu hari aku bermain dengannya dan tidak sengaja ada permainan yang menanyakan nama ayah dan ibu. Badai dengan lantang mengatakan, “Gak tau, gak punya ayah!”. Ternyata semenjak Badai berusia 4 bulan, ayahnya tidak pernah pulang, dapat kabar ayahnya kerja di Kalimantan. Badai seorang anak yang mungkin haus kasih sayang ayahnya.

Kedua, Haikal (sekali lagi bukan nama sebenarnya), usianya sama seperti Badai. Aku perhatikan dia cukup pendiam. Ternyata di balik hemat omongnya dia termasuk sang pemberontak juga. Berkali–kali dia kabur dari sekolah. Sering kali dia tidak fokus dengan pelajaran, asyik bermain dengan temannya ketika guru menjelaskan pelajaran. Saat diperingatkan hanya diam, tak peduli dan kemudian mengulanginya lagi. Ternyata Haikal adalah korban broken home, diusianya 4 tahun ummi dan abinya bercerai. Sekali lagi kemungkinan Haikal juga tidak merasakan kasih sayang kedua orang tuanya selayaknya anak-anak seusianya yang lain.

Terakhir, Ikhsan (pasti bukan nama sebenarnya), konon kabarnya dia rajanya kelas satu. Aku tidak begitu memahaminya, yang aku tahun dari hampir 1 bulan aku disini, memang dia yang selalu menjadi dalang dari kaburnya anak-anak saat jam pelajaran sekolah. Kabarnya Ikhsan suka main mukul, nendang, dan meminta dengan paksa. Merasa paling ditakuti makanya hal itu sebagai senjatanya untuk mengancam. Hingga pada hari itu, entah sudah keberapa kali dia kabur, akhirnya kepala sekolah memutuskan “merumahkan Ikhsan selama satu pekan”. Memilukan, sungguh tak tega melihat si kecil Ikhsan pulang diseret ibunya. Kulihat ibu Ikhsan pergi meninggalkan sekolah dengan sesekali menyeka air matanya, dia menangis. Sepantaskah punisment itu ditujukan kepada si kecil Ikhsan? Setelah aku kroscek, dari umur 5 tahun hampir setiap hari Ikhsan melihat ibunya dipukuli oleh ayahnya sendiri, dan hanya beberapa bulan sekali ayah Ikhsan itu pulang ke rumah. Dari cerita beberapa rekanku, ketika ayahnya tidak di rumah, rupanya ada yang keliru dengan cara didik ibu serta kakak tertuanya, pukulan demi pukulan, tamparan demi tamparan selalu ditujukan ke Ikhsan ketika Ikhsan dianggap nakal. Sehingga apa yang dia lihat dan dia rasakan saat di rumah, dia bawa ke sekolah dan dipraktekkan dengan teman sejawatnya. Oh Ikhsan... semoga saja dengan dirumahkannya Ikhsan selama satu pekan, merupakan solusi terbaik untuk semuanya terutama Ikhsan dan keluarga.

-Kisah selanjutnya semoga saja ada ending yang insyaALLAH terlukis indah pada episode ini -

Allah ya kariim…Engkau telah memperkenanku belajar dari setiap kejadian yang Engkau tampakkan padaku. Ijinkanlah diri ini bisa belajar dan mengambil hikmah dalam setiap kejadian

Benarlah atas firman-Mu, “Mahasuci Allah yang menguasai segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, lagi Mahakuasa.

Ingin kukatakan, Banyak ladang amal di hadapanmu, wahai guru muda!!!! Bergeraklah!!

Minggu, 20 Februari 2011

Fine Tuning


FINE TUNING
Malam ini gak seperti malam kemarin. Mana bulan yang terang itu, entah kenapa aku tidak suka dengan kondisi langit malam ini, hitam tidak, merah juga tidak. Beruntung sebuah novel biografi Muhammad Saw. Lelaki Penggenggam Hujan-nya Tasaro GK, lumayan bisa menjadi teman pengusir sepiku ( tak apalah walau buku ini pinjam, bagi pemilik buku ini syukron sdh diikhlaskan untuk dipinjam ^^).

Ruhku sedang melanglang buana ke masa perang Uhud yang heroik itu terjadi, kadang sesekali kurasakan sedang berada di belakang kuduk Rasulullah Saw.–benar kata A.Fuadi penulis novel Negeri 5 Menara & Ranah 3 Warna −.

Ruhku juga sedang melanglang buana ke sebuah pelosok di Persia tahun 616 Masehi, Kuil Gunung Sistan. Terbayang para kaum penyembah api -Zoroaster- di masa itu yang sedang ketakutan akan kemunculan sang Nabi Baru yang sudah dinukilkan dalam kitab yang dibawa nabi mereka, Zardusht. Khosrou sang penguasa Persia pun sedang gundah gulana karena Kashva si pemuda cerdas mengabarkan bahwa para pengikut Nabi Baru itu akan menjadikan runtuhnya hegemoni kejayaan Persia.

Ah, seketika langlangan buanaku langsung berpindah menembus batas dan waktu, dari pelosok Persia abad ke-7 menuju ke pelosok kampung halaman abad ke-21 sekarang. Sudah 4 bulan aku disini, cepat juga rasanya, gak terasa sekarang sudah menjadi ibu guru, yah bukan hanya ibu guru matematika tapi semua mata pelajaran kecuali bahasa Inggris dan Olah raga tentunya.

Lima hari lalu aku mengikuti sebuah dauroh, dauroh itu mengingatkanku akan tiga tahun lalu, karena pernah mengikuti daurah semacam ini di kampusku dulu. Dengan muatan yang kurang lebih sama tetapi waktu, tempat, dan orang disamping kanan kiri yang berbeda. Sebelum acara dimulai sempat berbincang dengan salah satu sodara baruku disini. Ada wacana yang menarik yang memang pas banget dengan kondisiku atau mungkin kondisi kami saat ini, yaitu tetang “Penyamaan Frekuensi” atau dalam bahasa Inggrisnya “Fine Tuning”.

Bingung mau mulai darimana. Hmm...perlu adanya penyamaan frekuensi berarti bermula karena adanya perbedaan. Banyak sekali yang harus disamakan frekuensinya ketika diawal aku pulang ke kota ini. Mungkin bisa dianalogikan seperti, dari singa menjadi kucing dan kembali menjadi singa (mekso tenan). ADK ketika di kampus seperti singa, garang. Tetapi ketika pulang kampung berubah menjadi kucing, tidak lagi garang…(mohon maaf bagi yang tidak berkenan dengan istilah ini…^^). Kita memang sering menjadi singa yang garang ketika di kampus tetapi menjadi kucing manis dan imut-imut ketika kembali ke kampung halaman.

Pertama yang jelas adalah penyamaan frekuensi dengan keluarga baruku disini..sebagian besar ummahat, dari pemakluman disiplin waktu, semangat dakwah mereka, obrolan-obrolan mereka..(wah aku bosan sebenarnya bahas tentang ini). Bahkan seseorang butuh waktu cukup lama untuk dapat menyamakan frekuensi dalam masalah ini, sampai 3 bulan gak liqo karena belum siap menerima keluarga barunya. Semoga tidak berlaku denganku.

Kedua, amanahku sebagai guru SD dan pengalaman pertamaku langsung di kelas satu. Penyamaan frekuensi dengan anak-anak usia 6 hingga 7 tahun, yang paling berat adalah ketika aku diminta ngajar bahasa jawa (bahasa jawaku kan acak kadut).

Ketiga, hmm kembali dihadapkan dengan ibu-ibu. Yah penyamaan frekuensi dengan ibu-ibu ketika pertama kali ngisi majelis taklim, lagi-lagi bertemu dengan bahasa jawa.

Keempat, amanah baruku di flp..tahap paling berat kurasa, apalagi setiap kali ikut syuro dan ketika ikut up grading kemarin, inilah penyamaan frekuensi yang lumayan lah..kata mba Denok (piss mba..) harus menyamakan frekuensi dar AM ke FM..hihihi...

Kesamaan, keserupaan, atau keselarasan di antara beberapa hal adalah alasan mengapa hal-hal itu dinilai dan disikapi secara sama, serupa, atau senada sesuai konteksnya. Dan perbedaan, perlawanan, atau pertentangan yang terdapat di antara beberapa hal adalah alasan mengapa hal-hal itu dinilai dan disikapi secara berbeda, berlawanan, atau bertentangan sesuai konteksnya. Ini berarti bahwa penilaian dan penyikapan proporsional kita terhadap beberapa hal itu sangat ditentukan oleh pengenalan kita terhadap letak dan tingkat kesamaan serta perbedaan hal-hal tersebut. Allah mengeluarkan kalian dari perut-perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Dan Allah jadikan untuk kalian pendengaran, penglihatan, dan akal pikiran agar kalian bersyukur" (QS. An-Nahl: 78).

Aku yakin babak demi babak dalam setiap episode kehidupan kita tidak pernah terlepas dari skenario Alloh. Begitu pun ketika kita memutuskan untuk menjadi aktivis dakwah – sebutan yang begitu berat aku rasakan −. Ketika hidayah untuk ber-Islam secara kaffah datang menyapa, kita dituntut untuk selalu memperbaiki diri. Menjadi baik memerlukan proses, tetapi kita tidak bisa menunggu sampai menjadi benar-benar baik, baru mau mengajak yang lain menjadi baik.

Aku begitu terkesan dengan taushiyah yang disampaikan oleh seorang ummahat dalam memaknai babak demi babak dalam setiap episode kehidupan, ”Tak ada yang sia-sia. Apa yang sudah kita lewati semuanya indah. Ya! Semua terasa indah bila dibingkai dengan bingkai dakwah.”

Wallohu A'lam BishShowab.

Selasa, 01 Februari 2011

Goresan Cinta Yasmin Part 2


GORESAN CINTA YASMIN
Oleh. Yunanti Tri Wiranti


Memasuki tahun kedua Yasmin sebagai mahasiswa. Saat ini dia mendapat amanah di Kelompok Kerohanian Islam tingkat universitas di bidang jurnalistik dan di bidang yang sama di lembaga ekstrakampus yang kini dia ikuti. Materi-materi tulisannya pun kini berbeda bahkan jauh berbeda dengan apa yang dia tulis sewaktu berada di Lentera dulu. Yasmin merasa pengetahuannya tentang khasanah keislaman masih minim, sehingga demi menghasilkan tulisan yang berkualitas dia banyak membaca dan belajar serta orang-orang disekitarnya kini banyak sekali yang membantu, memperhatikan dan mendukung Yasmin untuk menjadikannya jauh lebih baik lagi. Suasana dalam bekerjanya pun sungguh berbeda, terutama pola interaksi sesama rekan kerja, hal ini sama sekali tidak menghambat produktifitas serta kualitas hasil karyanya. Adapun penggalan tulisan perdananya yaitu

Apa yang aku rasa, aku lihat, aku dengar, aku fikir, dan aku alami itulah yang aku tulis. Aku menulis bukan karena nama tetapi karena Rabb-ku...
*****
Bulan Agustus pada tahun kedua Yasmin menjadi mahasiswa, kembali dia menjalani tugas sebagai reporter kampus, tetapi kali ini dia membawahi lembaga dakwah kampus bukan lagi Lentera, UKM Jurnalistik di fakultasnya dulu. Kala itu bertepatan dengan salah satu momen terbesar di kampus yakni Ospek. Agenda perekrutan terbesar, dimana semua aktivis mahasiswa pasti memiliki kepentingan untuk itu. Seperti tahun-tahun sebelumnya kampus Yasmin selalu mengangkat grand tema ospek yang telah disepakati bersama tiap-tiap fakultas. Peran media disini sangat penting sebagai pencitraan bahwa kampus mereka adalah kampus pendidikan yang mencerdasakan, religius yang nantinya menggiring mahasiswa baru untuk menjadi insan yang berakhlak mulia, itulah tugas Yasmin dan teman-teman seperjuangannya.
Akan tetapi, tahun ini ada sebuah masalah yaitu satu fakultas mangkir dari tema bersama ospek, dia memilih ospek terpisah dengan tema dan peraturannya sendiri, ternyata fakultas yang mangkir itu adalah fakultas Yasmin. Ada masalah internal kala itu antara Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas dengan BEM Fakultas Bahasa dan Seni. Semua mahasiswa baru yang sesuai peraturan wajib menggunakan atribut baju hitam-putih dan jas almamater, tetapi di fakultas Yasmin diberi kebebasan menggunakan pakaian yang mereka sukai.

Yasmin mendapat tugas untuk mencari berita mengenai masalah apa yang terjadi sebenarnya sehingga fakultasnya mangkir dari kesepakatan tema bersama. Yasmin dengan ditemani satu akhwat, rekan kerjanya mendatangi pusat informasi panitia ospek fakultas tersebut. Suara riuh mahasiswa baru mengiringi langkah pasti Yasmin, sembari memperhatikan ternyata acaranya hanya diisi dengan hura-hura seperti bermain musik, teater, pertunjukan tari. Sedikit kecewa, “Hmm, ospek macam apa ini?” pikir Yasmin. Sesampainya di pusat informasi, ternyata Yasmin dihadang oleh lima orang panitia seksi keamanan.
“Ada perlu apa mba?” tanya salah seorang dari mereka.
“Kami berencana mewawancarai ketua panitia ospek ini?” jawab Yasmin tegas.
“Maaf mba kami tidak melayani media manapun baik universitas apalagi dari luar.” jawab mereka dengan sinis.
“Kami punya kartu pers resmi dari universitas, jadi kami berhak mewawancarai ketua kalian.” Yasmin membalas dengan nada tegas.
“Dibilang tidak bisa ya tetap tidak bisa mba.” yang lainnya ikut menyanggah, mereka semakin mendekati Yasmin seakan mengepung.
Dalam hati Yasmin berkata, “Wah mahasiswa macam apa ini mainnya kroyokan, yang dikroyok akhwat pula.”
“Sudah ukh, kita pergi saja.” kata akhwat tadi sambil menarik-narik baju Yasmin.

Akhirnya mereka pulang, siang itu sungguh panas tetapi tidak sepanas hati Yasmin yang dipenuhi rasa sesal mengapa fakultasnya sendiri seperti itu. Dia tetap menuliskan apa yang dia peroleh dan menyatakan bahwa ospek fakultas bahasa dan seni tidak mencerdaskan mahasiswa baru (maba), dari mulai penjegalan hingga acara dan materi ospek yang diberikan kepada maba mereka Kesokan paginya buletin ospek itu telah tersebar. Tidak lama selang waktu pendistribusian ada pesan singkat masuk ke hp Yasmin.

Salam. Apa kabar Yasmin? Mas Robby sudah membaca bulletin kamu. Bisa ketemu sebentar?

Akhirnya mereka sepakat bertemu di lobi student center, saat itu Yasmin ditemani seorang akhwat yang menjadi partner kerjanya. Teringat akan pesan murrobi Yasmin bahwa tidak boleh menemui yang bukan muhrimnya hanya berdua saja.
“Mas kecewa baca tulisanmu Yas.” Dengan terus terang mas Robby membuka pembicaraan.
“Kecewa kenapa, itu nyata yang Yasmin lihat dan alami?” jelas Yasmin.
“Tapi kamu belum dapat ijin untuk menuliskannya. Asal kamu tahu bahwa inilah puncak kekecewaan kami pada mereka, yang mengaku berdakwah tapi hanya kekuasaan yang dicari, lihat hampir semua BEM diisi dengan laki-laki berjenggot, perempuan berjilbab besar. Kampus kita universal Yas, bagaimana nasib teman-teman kita yang non muslim? Pokoknya multikultural harus diakui dan dihargai. Dan kini kamu bagian dari mereka juga mas tambah kecewa!” kali ini Mas Robby berkata dengan nada keras.
“Apakah ada yang salah dengan kepemimpinan mereka mas? Setahu Yasmin mereka profesional dalam bekerja, saat pendaftaran anggota pun, BEM bersifat terbuka kepada siapa saja, semua mahasiswa boleh masuk baik muslim maupun non muslim asal mempunyai kapasitas?” Yasmin mencoba menjelaskan kepada mantan ketuanya terdahulu saat aktif di UKM Jurnalistik Lentera.
“Apa yang mereka sudah perjuangkan? Kepentingan golongan mereka sendiri?” Mas Robby masih mempertahankan pendapatnya itu.
“Mas Robby sudah tahu program-program BEM apa saja? Pernah terlibat didalamnya? Prestasi apa saja yang telah diraih BEM? Untuk menilai sesuatu memang lebih mudah mas daripada bertindak. Dan satu hal mas, saya yakin teman-teman BEM yang mas sebutkan tadi sangat menghargai teman-teman non muslim. Islam itu rahmatan lil ‘alamin , memberi rahmat dan kasih sayang, sekarang dengan tindakan teman-teman yang ada di fakultas kemudian mangkir dan mendatangkan konflik kemudian perpecahan, apakah itu mencerminkan pribadi seorang muslim? Saya yakin teman kita yang non muslim juga tidak menginginkan adanya konflik seperti ini.” Yasmin mencoba menjelaskan dengan nada yang lebih tenang.
“Oke Yas, kamu bukan anak BEM kenapa kamu begitu membela mereka?” tanya Mas Robby lagi.
“Karena saya membela sesuatu yang saya yakini benar.” jawab Yasmin.
“Ya sudahlah, tolong sampaikan kepada mereka, aku mewakili teman-teman bahwa ini universitas negeri bukan pesantren. Aku masih harus ngurusi fakultasku, aku pamit” kata Mas Robby sambil berlalu.
“InsyaAlloh.” Jawab Yasmin sambil tersenyum. Sembari istighfar Yasmin teringat akan kajian yang lalu bahwa “Allah mengetahui siapa saja dari hambanya yang layak mendapatkan hidayah, dan siapa saja yang tidak pantas mendapatkannya” (Ibnu Katsir)
“Oh itu ketuanya ya mba? Nyebelin banget ya mb?” kata si akhwat yang menemani Yasmin yang ternyata stafnya.
“Hush..gak boleh bilang gitu,ayo..” sambil menggandeng tanganya utuh Yasmin pergi meninggalkan lobi.
*****
Memasuki tahun ketiga kuliah, kali ini Yasmin mendapat amanah di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai Menteri Departemen Komunikasi, Informasi dan Informatika (Kominfo). Saat di BEM lah masa-masa yang cukup berat harus diterima oleh Yasmin. Pada masa itu sedang terjadi gejolak ketidakpercayaan mahasiswa terhadap birokrasi, Yasmin tetap memegang prinsipnya bahwa dia menulis bukan karena nama tetapi karena Rabb-Nya. Bersama teman-teman seperjuangannya di BEM, mereka membentuk tim khusus untuk membongkar kedzoliman yang dilakukan para petinggi birokrasi, ada yang bertugas mencari data, dan tugas Yasmin tetaplah di ranah media. Data-data yang diperoleh kemudian dijadikan berita dan press release di media-media cetak. Pada akhirnya kampus Yasmin menjadi berita nasional, hampir seluruh media cetak maupun elektronik menyiarkan ke ranah publik. Hampir setiap hari diadakan aksi di depan rektorat menuntut para petinggi yang terlibat kasus korupsi untuk mundur dan mempertanggung jawabkan perbuatannya. Pihak kampus tidak tinggal diam, BEM dibekukan dan para aktivis dipersulit dalam urusan akademik dan terancam di drop out/DO. Itulah ujian terbesar yang dialami ikhwah di kampus Yasmin tak terkecuali Yasmin sendiri. Bersyukur dukungan ikhwah dari kampus lain cukup besar, mereka saling menguatkan agar dapat terus bertahan dan meningkatkan ruhiyah. Ancaman tak menggentarkan perjuangan mereka. Satu hal yang yang membuat Yasmin menangis, bukan karena terancamnya dia di DO tetapi menangis karena mendengar suara seseorang pada masa-masa gentingnya. Di sela-sela konsentrasinya dalam menyelesaikan kasus tersebut Yasmin sempat menuliskan apa yang dikatakan suara itu....

Dibelakangmu selalu ada orang-orang yang mendukungmu nak..
Jadilah Yasmin yang terus bersabar diatas ketidaksabaran..
Teruslah menuliskan kebenaran nak..
Agar ummi selalu bersyukur akan dirimu...


Ingin rasanya Yasmin memeluk dan mencium kaki umminya sekarang. Sekiranya hanya satu tahun sekali saat lebaran Yasmin baru pulang, “Begitu dzolimkah aku ya Rabb kepada ummiku? Ampuni aku..” doa itu yang terus Yasmin panjatkan. Dikirimkan pesan singkat oleh Yasmin...

Dalam hina dan penuh dosa, ampuni Yasmin ummi..tanpa ridho ummi Yasmin tidak mampu bertahan..

Akhirnya para pejabat rektorat yang terlibat kasus korupsi mundur karena tidak tahan pemberitaan yang sangat gencar dan akan segera diadili oleh pihak kepolisian. Yasmin dan teman-temannya pun selamat dari DO dan BEM diaktifkan kembali.

*****

GORESAN CINTA YASMIN part 1


GORESAN CINTA YASMIN
Oleh. Yunanti Tri Wiranti


Sampaikan dan Laksanakan Kebenaran Walau Satu Ayat...
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." QS.Ali-Imran [3] : 110

*****
Penggalan ayat tersebut cukup membekas di hati Yasmin saat mengikuti kajian di sebuah mushola Fakultas Bahasa dan Seni pada sore hari yang mendung, semendung hati Yasmin kala itu. Ini kajian kali kedua yang Yasmin ikuti, diadakan setiap dua pekan sekali oleh Kelompok Kerohanian Islam dikampusnya. Kalau bukan karena ‘diteror’ terus-menerus melalui sms, telepon bahkan ketika bertemu langsung, Yasmin mungkin tidak akan pernah tertarik akan hadir, istilah teror didapat dari teman-teman Yasmin yang ditujukan khusus kepada ‘Mba’ mentoring mereka, mentoring pendampingan ini diwajibkan oleh pihak kampus kepada setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI). Mentoring ini sebenarnya bukan hal yang asing bagi Yasmin, karena dulu saat SMA Yasmin sempat mengikutinya, tetapi tidak jauh berbeda dengan keadaan saat kuliah sekarang, teman-temannya tidak kooperatif, malas-malasan ditambah sering mengajak membolos sehingga membuat Yasmin tidak bersemangat dan mengikuti kebiasaan buruk teman-temannya tersebut.
*****
Yasmin Syahida Putri adalah seorang mahasiswa sederhana di sebuah kampus pendidikan negeri di kota yang harus ditempuh 8 jam dari kota asalnya. Dia mengambil jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, memang kecenderungan dia di dunia pendidikan telah muncul pada saat SMA dulu. Dia seorang yang aktif, kritis dan supel, hobinya berpetualang, maka dari itu saat SMA dia memilih pramuka dan pencinta alam sebagai ekstrakulikuler yang diikutinya. Saat menjadi mahasiswa pun Yasmin mencoba tetap aktif, dia memilih UKM Jurnalistik Lentera karena dia suka menulis dan sepertinya ada korelasi dengan program studi yang dia ambil. Dia merupakan kader potensial di UKM tersebut, hampir semua rekan kerja Yasmin menyukainya, hal tersebut dikarenakan ide-idenya yang cemerlang, kreatif dan hasil-hasil kerja yang memuaskan. Kini dia menjelma menjadi wartawan kampus yang supel dan dikenal banyak mahasiswa di fakultasnya.
*****
Sore itu memang hati Yasmin sedang tidak bersemangat, bukan karena keterpaksaan mengikuti kajian tetapi karena tugas kuliah yang menumpuk ditambah lagi deadline tulisan yang wajib diselesaikan. Yasmin berfikir semoga saja mendapat pencerahan disini, setidaknya merefresh diri dari rutinitas selama ini.
“ Assalamu’alaykum..Alhamdulillah de Yasmin!” sapaan ramah Mba Silfia, dan tidak ketinggalan tradisi berpelukan dan mencium pipi kiri serta pipi kanan. Terlihat raut wajah bahagia sekali dari Mba Silfia melihat kedatangan Yasmin sore itu.
“Wa’alaykumussalam..” Yasmin pun menyambut pelukan hangat mba mentoringnya tersebut.
“Yang lain mana de?” tanya Mba Silfia lagi.
“Hehehe...gak ikut mba sedang banyak tugas kuliah.” jawab Yasmin. Dia selalu tidak enak setiap kali ditanya terkait teman-teman satu mentoring yang memang sama sekali tidak tertarik dengan kajian seperti ini.

Yasmin mendengarkan dengan cermat materi yang disampaikan sang ustadz. Materi yang disampaikan tentang ‘Dakwah Ilallah’, Yasmin sering mendengar kata itu tetapi baru kali ini dia mendapatkan penjelasan apa itu dakwah serta kewajiban seorang muslim dalam mengemban tugas dakwah. Di tengah kajian Yasmin sempat memperhatikan sekitar mushola, ada semacam kain yang memisahkan peserta puteri dan putera.
“Oh ini yang namanya hijab yang pernah Mba Silfia sampaikan.” gumam Yasmin.
Kemudian dia pun memperhatikan peserta kajian puteri yang duduk disekelilingnya.
“Wah sepertinya yang memakai celana kain cuma aku nih.” kata Yasmin dalam hati. Ada perasaan malu sedikit tetapi dia tidak terlalu memikirkan hal tersebut dan tetap melanjutkan penjelasan sang ustadz.
“Gak ada aturannya kan syarat yang mengikuti kajian ini hanya boleh muslimah yang memakai rok? Yang pentingkan niat kita mencari ilmu” bela Yasmin dalam hati.

Di tengah-tengah kajian ada selebaran yang berisi informasi pendaftaran trainning dasar sebagai anggota untuk mengikuti organisasi Islam ekstrakampus.
“Daurah itu apa mba?” bisik Yasmin kepada Mba Silfia yang ada disampingnya setelah membaca ada kata daurah di selebaran tersebut.
“Semacam pelatihan atau trainning. Anti mau ikut de?” jawab mba Silfia. Belum sempat Yasmin menjawab, “Ikut aja ya de. InsyaAllah sangat bermanfaat.” Kata mba Silfia lagi.
Yasmin hanya bisa tersenyum menjawab pertanyaan mba Silfia tadi.
“Oh, lembaga ekstrakampus ini yang banyak dibicarakan oleh pengurus Lentera.” kata Yasmin dalam hati.

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, kajian pun sudah selesai, beberapa peserta sudah mulai meninggalkan mushola demikian juga dengan Yasmin.
“Giman kajiannya de?” tanya mba Silfia.
“Bagus mba.” jawab Yasmin. Jawaban klise tetapi ya sementara itu yang bisa Yasmin jawab.
“Besok ikut lagi ya.” kata mba Silfia.
“InsyaAllah mba.”jawab Yasmin sambil menyalami mba mentornya tak tertinggalan tradisi cipika-cipikinya.
“Jangan lupa ya teman-temannya diingatkan besok kita mentoring” balas mba Silfia.
“Sip mba.” sambil mengacungkan jempolnya, kemudia tersenyum meninggalkan mba Silfia.

Yasmin menuju area parkir untuk mengambil sepeda kesayangannya. Dalam perjalanan pulang, sambil mengayuh sepeda birunya, tiba-tiba Yasmin teringat akan isi selebaran saat kajian tadi. Yasmin jadi teringat pesan Mas Robby ketua Lentera dan beberapa pengurus lainnya di UKM tersebut bahwa jangan sampai ikut lembaga ekstrakampus ini, karena lembaga tersebut berisi orang-orang munafik, yang mengaku muslim, berdakwah akan tetapi sebenarnya menginginkan kekuasaan bahkan menghalalkan segala cara untuk meraihnya. Semakin membuat Yasmin penasaran apa benar yang dikatakan teman-temannya itu. Yasmin mendengar juga bahwa lembaga tersebut berisi mahasiswa berjibab besar dan mahasiswa berjenggot, hampir sama dengan mahasiswa yang dia temui saat kajian tadi dan sama pula dengan mba Silfia, mentornya di mentoring pendampingan PAI. Tetapi selama dia mengenal mba Silfia, apa yang dikatakan mas Robby jauh berbeda dengan kenyataan yang dia lihat bahwa seorang mba Silfia sosok mahasiswa berjilbab lebar itu sangat ramah, lembut, perhatian dan selalu menasehati dalam kebaikan. Mana mungkin menghalalkan segala cara guna mendapatkan kekuasaan. Selain itu juga lembaga ini sukanya demo atau aksi turun ke jalan. Dalam hal ini bukan menjadi masalah bagi Yasmin, aksi juga diperlukan untuk menyuarakan kebenaran, sebagai mahasiswa kan memang harus kritis dan tentunya memberikan solusi terkait permasalahan yang terjadi. Selama perjalanan hanya selebaran tadi yang Yasmin pikirkan, ada keinginan untuk membuktikan apa benar yang dikatakan teman-temannya di Lentera tentang lemba ekstrakampus tersebut.
*****
Hasil pemikiran selama dua hari akhirnya Yasmin memutuskan untuk ikut mendaftar sebagai peserta daurah yang diadakan organisasi ekstrakampus itu. Yasmin sengaja untuk merahasiakan hal ini dengan teman-temannya di Lentera. Yasmin menyiapkan segala keperluan yang disyaratkan, cukup banyak karena daurah ini dilaksanakan selama tiga hari tiga malam, Yasmin semakin bersemangat karena teringat SMA dulu saat akan mengikuti kegiatan pramuka maupun pencinta alam.
*****
Sepulangnya dari daurah tersebut, terlihat banyak sekali catatan panggilan dan sms di hp Yasmin, memang sengaja hp nya dia tinggal tanpa dimatikan, tetapi sebelumnya Yasmin telah berpamitan kepada orang tua dan penghuni kos sehingga tidak ada yang khawatir. Hampir semua panggilan dari mas Robby dan pengurus Lentera. Banyak pertanyaan yang menanyakan sebenarnya dia pergi kemana sehingga meninggalkan rapat dan agenda di UKM tersebut. SMS terakhir yang Yasmin baca adalah sms dari ketuanya yang berisi :

Salam. Besok mas Robby ingin bertemu di sekret jam 9, penting.

Yasmin sudah menduga pasti banyak pertanyaan dan permintaan pertanggung jawaban darinya. Malam itu Yasmin sangat kelelahan, daurah cukup menguras tenaga dan pikiran Yasmin. Yasmin dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak ada yang aneh dengan organisasi ekstrakampus tersebut, bahkan materinya tidak pernah dia dapatkan dari pelatihan-pelatihan mana pun. Melalui lembaga tersebut bahkan dapat mencetak kader yang tangguh, berwawasan luas dan yang terpenting berakhlak dan beriman dengan benar, jauh sekali dengan apa yang dikatakan teman-temannya.

Keesokan harinya selesai kuliah pukul 08.50 Yasmin menuju sekret Lentera, ternyata mas Robby sudah ada di sana terlebih awal dari perkiraan Yasmin.
“Assalamu’alaykum.” sapa Yasmin.
“Wa’alaykumusalam, masuk Yas.” jawab mas Robby tidak ramah seperti biasanya.
“Maaf mas kemarin...” Yasmin mengawali akan tetapi sudah dipotong oleh mas Robby, “Sudah, mas sudah tahu kemarin kamu kemana. Ini segera diselesaikan kajian sastra untuk bulletin kita bulan ini. Saya kuliah dulu.” dengan tanpa panjang lebar dan tanpa menatap Yasmin, Mas Robby berlalu begitu saja sambil menyerahkan beberapa lembar kertas yang berisi materi bulletin bulanan UKM tersebut.
Ada yang berbeda dari sikap mas Robby dan beberapa pengurus lainnya semenjak kepulangan Yasmin dari mengikuti daurah tersebut. Yasmin merasa ada kesalahan yang dia perbuat sehingga dia berhak untuk diperlakukan seperti ini. Adanya masalah ini tidak mempengaruhi cara kerja Yasmin, dia berusaha sebaik mungkin dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
*****
Satu bulan sudah berlalu dari saat Yasmin mengikuti daurah tersebut. Banyak undangan yang datang kepada Yasmin untuk menghadiri rapat kepanitiaan maupun kajian-kajian yang diadakan lembaga ekstrakampus itu. Yasmin berusaha menghadiri undangan yang ditujukan kepadanya, kegiatannya pun semakin padat dan dia berusaha berlaku adil dan seimbang dalam membagi waktu antara kuliah, Lentera dan ditambah aktifitas barunya di lembaga ekstrakampus, walaupun dia tidak masuk dalam kepengurusan. Perubahan yang mencolok terasa sekali terkait keberadaanya di Lentera. Yasmin hampir tidak pernah dilibatkan sebagai konseptor dari berbagai program, tidak juga dilibatkan dalam pemecahan masalah yang sedang dialami UKM tersebut, berbeda sekali kondisinya dengan dulu saat dia belum mengikuti daurah.
*****
Tahun pertama kuliah sudah habis, banyak perubahan yang Yasmin alami, baik dari penampilan maupun dalam bersikap. Celana-celana kainnya sudah mulai jarang dipakai serta jilbabnya sudah mulai dirapikan dan dijulurkan ke dada walau belum selebar akhwat-akhwat lainnya seperti mba Silfia misalnya. Yasmin pun mulai mengkoleksi buku-buku islami, buku islami yang pertama dia punya adalah “Agar Bidadari Cemburu Padamu” karya Salim A. Fillah dan “Komitmen Muslim Sejati” karya Fathi Yakan. Kedua buku tersebut sungguh menginspirasi Yasmin untuk berhijrah menjadi muslimah sejati yang senantiasa menjaga sikap, lisan dan tangannya untuk tetap berada di jalan Allah.
*****
Hari itu adalah laporan pertanggung jawaban UKM Jurnalistik Lentera. Ada rasa bahagia karena hasil dari kerja kerasnya beserta teman-teman dinilai baik oleh mahasiswa sefakultasnya yang hadir pada saat itu. Akan tetapi, ada rasa sedih di hati Yasmin karena diakhir masa kepengurusan dia merasa meninggalkan kesan kurang baik di hati teman-teman pengurus yang lain.
“Yas, mas mau bicara.” Tiba-tiba mas Robby memanggil, dan Yasmin pun menghampirinya.
“Alhamdulillah yas, nilai kita baik inilah hasil kerja keras kita, kerja keras kamu.” kata mas Robby.
“Alhamdulillah, ini juga berkat kehebatan mas Robby dalam memimpin dan membimbing kami, yang belum berilmu dan berpengalaman sepeeti Yasmin. Terima kasih banyak mas.” jawab Yasmin.
“Maafkan atas sikap mas akhir-akhir ini ke kamu Yas, mas menyesal tidak semestinya mas memperlakukan kamu seperti itu. Kamu tidak salah apa-apa, kami yang bersalah kepadamu.”, terlihat raut muka Mas Robby sedih dan penuh penyesalan.
“Yasmin yang salah, seharusnya mengkomunikasikan hal itu lebih awal terutama kepada mas Robby, maafkan Yasmin juga ya mas.” jawab Yasmin.
“Sama-sama. Kamu hebat Yas, kamu berbakat, mas salut.” kata mas Robby lagi.
“Amiin terima kasih.” ucap Yasmin.
“Banyak perubahan yang kamu alami setelah mengikuti agenda itu. Mas Robby ikut seneng kalo kamu sekarang menjadi jauh lebih baik. Mas gak memaksa kamu untuk tetap berkarya di Lentera kita ini. Hanya mas berpesan jangan berhenti menulis dan jadilah diri sendiri.” kata Mas Robby serius kepada Yasmin.
“InsyaAlloh, Yasmin gak akan berhenti nulis dan akan menjadi diri Yasmin sendiri.” ujar Yasmin sambil tersenyum.
“Ini ada kenang-kenangan untuk kamu.” Mas Robby memberikan sebuah bungkusan kecil kepada Yasmin sebelum dia pergi.
Ternyata bungkusan itu berisi recorder dan ada pesan di dalamnya.

Ini akan bermanfaat bagi kamu. Aku berharap kamu tetap menjadi Yasmin yang dulu aku kenal.

Yasmin melipat kembali secarik kertas itu dan menyimpan recorder itu ke dalam laci meja belajarnya. “Terima kasih Mas Robby.” ucap Yasmin dalam hati. Dia bertekad akan membuktikan bahwa apa yang selama ini teman-teman yakini itu salah. Setelah ini Yasmin berniat berkarya dan berkontribusi untuk Rabb-Nya semata melalui tulisan-tulisan sederhana yang dia buat.