Selasa, 01 Februari 2011

GORESAN CINTA YASMIN part 1


GORESAN CINTA YASMIN
Oleh. Yunanti Tri Wiranti


Sampaikan dan Laksanakan Kebenaran Walau Satu Ayat...
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." QS.Ali-Imran [3] : 110

*****
Penggalan ayat tersebut cukup membekas di hati Yasmin saat mengikuti kajian di sebuah mushola Fakultas Bahasa dan Seni pada sore hari yang mendung, semendung hati Yasmin kala itu. Ini kajian kali kedua yang Yasmin ikuti, diadakan setiap dua pekan sekali oleh Kelompok Kerohanian Islam dikampusnya. Kalau bukan karena ‘diteror’ terus-menerus melalui sms, telepon bahkan ketika bertemu langsung, Yasmin mungkin tidak akan pernah tertarik akan hadir, istilah teror didapat dari teman-teman Yasmin yang ditujukan khusus kepada ‘Mba’ mentoring mereka, mentoring pendampingan ini diwajibkan oleh pihak kampus kepada setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI). Mentoring ini sebenarnya bukan hal yang asing bagi Yasmin, karena dulu saat SMA Yasmin sempat mengikutinya, tetapi tidak jauh berbeda dengan keadaan saat kuliah sekarang, teman-temannya tidak kooperatif, malas-malasan ditambah sering mengajak membolos sehingga membuat Yasmin tidak bersemangat dan mengikuti kebiasaan buruk teman-temannya tersebut.
*****
Yasmin Syahida Putri adalah seorang mahasiswa sederhana di sebuah kampus pendidikan negeri di kota yang harus ditempuh 8 jam dari kota asalnya. Dia mengambil jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, memang kecenderungan dia di dunia pendidikan telah muncul pada saat SMA dulu. Dia seorang yang aktif, kritis dan supel, hobinya berpetualang, maka dari itu saat SMA dia memilih pramuka dan pencinta alam sebagai ekstrakulikuler yang diikutinya. Saat menjadi mahasiswa pun Yasmin mencoba tetap aktif, dia memilih UKM Jurnalistik Lentera karena dia suka menulis dan sepertinya ada korelasi dengan program studi yang dia ambil. Dia merupakan kader potensial di UKM tersebut, hampir semua rekan kerja Yasmin menyukainya, hal tersebut dikarenakan ide-idenya yang cemerlang, kreatif dan hasil-hasil kerja yang memuaskan. Kini dia menjelma menjadi wartawan kampus yang supel dan dikenal banyak mahasiswa di fakultasnya.
*****
Sore itu memang hati Yasmin sedang tidak bersemangat, bukan karena keterpaksaan mengikuti kajian tetapi karena tugas kuliah yang menumpuk ditambah lagi deadline tulisan yang wajib diselesaikan. Yasmin berfikir semoga saja mendapat pencerahan disini, setidaknya merefresh diri dari rutinitas selama ini.
“ Assalamu’alaykum..Alhamdulillah de Yasmin!” sapaan ramah Mba Silfia, dan tidak ketinggalan tradisi berpelukan dan mencium pipi kiri serta pipi kanan. Terlihat raut wajah bahagia sekali dari Mba Silfia melihat kedatangan Yasmin sore itu.
“Wa’alaykumussalam..” Yasmin pun menyambut pelukan hangat mba mentoringnya tersebut.
“Yang lain mana de?” tanya Mba Silfia lagi.
“Hehehe...gak ikut mba sedang banyak tugas kuliah.” jawab Yasmin. Dia selalu tidak enak setiap kali ditanya terkait teman-teman satu mentoring yang memang sama sekali tidak tertarik dengan kajian seperti ini.

Yasmin mendengarkan dengan cermat materi yang disampaikan sang ustadz. Materi yang disampaikan tentang ‘Dakwah Ilallah’, Yasmin sering mendengar kata itu tetapi baru kali ini dia mendapatkan penjelasan apa itu dakwah serta kewajiban seorang muslim dalam mengemban tugas dakwah. Di tengah kajian Yasmin sempat memperhatikan sekitar mushola, ada semacam kain yang memisahkan peserta puteri dan putera.
“Oh ini yang namanya hijab yang pernah Mba Silfia sampaikan.” gumam Yasmin.
Kemudian dia pun memperhatikan peserta kajian puteri yang duduk disekelilingnya.
“Wah sepertinya yang memakai celana kain cuma aku nih.” kata Yasmin dalam hati. Ada perasaan malu sedikit tetapi dia tidak terlalu memikirkan hal tersebut dan tetap melanjutkan penjelasan sang ustadz.
“Gak ada aturannya kan syarat yang mengikuti kajian ini hanya boleh muslimah yang memakai rok? Yang pentingkan niat kita mencari ilmu” bela Yasmin dalam hati.

Di tengah-tengah kajian ada selebaran yang berisi informasi pendaftaran trainning dasar sebagai anggota untuk mengikuti organisasi Islam ekstrakampus.
“Daurah itu apa mba?” bisik Yasmin kepada Mba Silfia yang ada disampingnya setelah membaca ada kata daurah di selebaran tersebut.
“Semacam pelatihan atau trainning. Anti mau ikut de?” jawab mba Silfia. Belum sempat Yasmin menjawab, “Ikut aja ya de. InsyaAllah sangat bermanfaat.” Kata mba Silfia lagi.
Yasmin hanya bisa tersenyum menjawab pertanyaan mba Silfia tadi.
“Oh, lembaga ekstrakampus ini yang banyak dibicarakan oleh pengurus Lentera.” kata Yasmin dalam hati.

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, kajian pun sudah selesai, beberapa peserta sudah mulai meninggalkan mushola demikian juga dengan Yasmin.
“Giman kajiannya de?” tanya mba Silfia.
“Bagus mba.” jawab Yasmin. Jawaban klise tetapi ya sementara itu yang bisa Yasmin jawab.
“Besok ikut lagi ya.” kata mba Silfia.
“InsyaAllah mba.”jawab Yasmin sambil menyalami mba mentornya tak tertinggalan tradisi cipika-cipikinya.
“Jangan lupa ya teman-temannya diingatkan besok kita mentoring” balas mba Silfia.
“Sip mba.” sambil mengacungkan jempolnya, kemudia tersenyum meninggalkan mba Silfia.

Yasmin menuju area parkir untuk mengambil sepeda kesayangannya. Dalam perjalanan pulang, sambil mengayuh sepeda birunya, tiba-tiba Yasmin teringat akan isi selebaran saat kajian tadi. Yasmin jadi teringat pesan Mas Robby ketua Lentera dan beberapa pengurus lainnya di UKM tersebut bahwa jangan sampai ikut lembaga ekstrakampus ini, karena lembaga tersebut berisi orang-orang munafik, yang mengaku muslim, berdakwah akan tetapi sebenarnya menginginkan kekuasaan bahkan menghalalkan segala cara untuk meraihnya. Semakin membuat Yasmin penasaran apa benar yang dikatakan teman-temannya itu. Yasmin mendengar juga bahwa lembaga tersebut berisi mahasiswa berjibab besar dan mahasiswa berjenggot, hampir sama dengan mahasiswa yang dia temui saat kajian tadi dan sama pula dengan mba Silfia, mentornya di mentoring pendampingan PAI. Tetapi selama dia mengenal mba Silfia, apa yang dikatakan mas Robby jauh berbeda dengan kenyataan yang dia lihat bahwa seorang mba Silfia sosok mahasiswa berjilbab lebar itu sangat ramah, lembut, perhatian dan selalu menasehati dalam kebaikan. Mana mungkin menghalalkan segala cara guna mendapatkan kekuasaan. Selain itu juga lembaga ini sukanya demo atau aksi turun ke jalan. Dalam hal ini bukan menjadi masalah bagi Yasmin, aksi juga diperlukan untuk menyuarakan kebenaran, sebagai mahasiswa kan memang harus kritis dan tentunya memberikan solusi terkait permasalahan yang terjadi. Selama perjalanan hanya selebaran tadi yang Yasmin pikirkan, ada keinginan untuk membuktikan apa benar yang dikatakan teman-temannya di Lentera tentang lemba ekstrakampus tersebut.
*****
Hasil pemikiran selama dua hari akhirnya Yasmin memutuskan untuk ikut mendaftar sebagai peserta daurah yang diadakan organisasi ekstrakampus itu. Yasmin sengaja untuk merahasiakan hal ini dengan teman-temannya di Lentera. Yasmin menyiapkan segala keperluan yang disyaratkan, cukup banyak karena daurah ini dilaksanakan selama tiga hari tiga malam, Yasmin semakin bersemangat karena teringat SMA dulu saat akan mengikuti kegiatan pramuka maupun pencinta alam.
*****
Sepulangnya dari daurah tersebut, terlihat banyak sekali catatan panggilan dan sms di hp Yasmin, memang sengaja hp nya dia tinggal tanpa dimatikan, tetapi sebelumnya Yasmin telah berpamitan kepada orang tua dan penghuni kos sehingga tidak ada yang khawatir. Hampir semua panggilan dari mas Robby dan pengurus Lentera. Banyak pertanyaan yang menanyakan sebenarnya dia pergi kemana sehingga meninggalkan rapat dan agenda di UKM tersebut. SMS terakhir yang Yasmin baca adalah sms dari ketuanya yang berisi :

Salam. Besok mas Robby ingin bertemu di sekret jam 9, penting.

Yasmin sudah menduga pasti banyak pertanyaan dan permintaan pertanggung jawaban darinya. Malam itu Yasmin sangat kelelahan, daurah cukup menguras tenaga dan pikiran Yasmin. Yasmin dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak ada yang aneh dengan organisasi ekstrakampus tersebut, bahkan materinya tidak pernah dia dapatkan dari pelatihan-pelatihan mana pun. Melalui lembaga tersebut bahkan dapat mencetak kader yang tangguh, berwawasan luas dan yang terpenting berakhlak dan beriman dengan benar, jauh sekali dengan apa yang dikatakan teman-temannya.

Keesokan harinya selesai kuliah pukul 08.50 Yasmin menuju sekret Lentera, ternyata mas Robby sudah ada di sana terlebih awal dari perkiraan Yasmin.
“Assalamu’alaykum.” sapa Yasmin.
“Wa’alaykumusalam, masuk Yas.” jawab mas Robby tidak ramah seperti biasanya.
“Maaf mas kemarin...” Yasmin mengawali akan tetapi sudah dipotong oleh mas Robby, “Sudah, mas sudah tahu kemarin kamu kemana. Ini segera diselesaikan kajian sastra untuk bulletin kita bulan ini. Saya kuliah dulu.” dengan tanpa panjang lebar dan tanpa menatap Yasmin, Mas Robby berlalu begitu saja sambil menyerahkan beberapa lembar kertas yang berisi materi bulletin bulanan UKM tersebut.
Ada yang berbeda dari sikap mas Robby dan beberapa pengurus lainnya semenjak kepulangan Yasmin dari mengikuti daurah tersebut. Yasmin merasa ada kesalahan yang dia perbuat sehingga dia berhak untuk diperlakukan seperti ini. Adanya masalah ini tidak mempengaruhi cara kerja Yasmin, dia berusaha sebaik mungkin dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
*****
Satu bulan sudah berlalu dari saat Yasmin mengikuti daurah tersebut. Banyak undangan yang datang kepada Yasmin untuk menghadiri rapat kepanitiaan maupun kajian-kajian yang diadakan lembaga ekstrakampus itu. Yasmin berusaha menghadiri undangan yang ditujukan kepadanya, kegiatannya pun semakin padat dan dia berusaha berlaku adil dan seimbang dalam membagi waktu antara kuliah, Lentera dan ditambah aktifitas barunya di lembaga ekstrakampus, walaupun dia tidak masuk dalam kepengurusan. Perubahan yang mencolok terasa sekali terkait keberadaanya di Lentera. Yasmin hampir tidak pernah dilibatkan sebagai konseptor dari berbagai program, tidak juga dilibatkan dalam pemecahan masalah yang sedang dialami UKM tersebut, berbeda sekali kondisinya dengan dulu saat dia belum mengikuti daurah.
*****
Tahun pertama kuliah sudah habis, banyak perubahan yang Yasmin alami, baik dari penampilan maupun dalam bersikap. Celana-celana kainnya sudah mulai jarang dipakai serta jilbabnya sudah mulai dirapikan dan dijulurkan ke dada walau belum selebar akhwat-akhwat lainnya seperti mba Silfia misalnya. Yasmin pun mulai mengkoleksi buku-buku islami, buku islami yang pertama dia punya adalah “Agar Bidadari Cemburu Padamu” karya Salim A. Fillah dan “Komitmen Muslim Sejati” karya Fathi Yakan. Kedua buku tersebut sungguh menginspirasi Yasmin untuk berhijrah menjadi muslimah sejati yang senantiasa menjaga sikap, lisan dan tangannya untuk tetap berada di jalan Allah.
*****
Hari itu adalah laporan pertanggung jawaban UKM Jurnalistik Lentera. Ada rasa bahagia karena hasil dari kerja kerasnya beserta teman-teman dinilai baik oleh mahasiswa sefakultasnya yang hadir pada saat itu. Akan tetapi, ada rasa sedih di hati Yasmin karena diakhir masa kepengurusan dia merasa meninggalkan kesan kurang baik di hati teman-teman pengurus yang lain.
“Yas, mas mau bicara.” Tiba-tiba mas Robby memanggil, dan Yasmin pun menghampirinya.
“Alhamdulillah yas, nilai kita baik inilah hasil kerja keras kita, kerja keras kamu.” kata mas Robby.
“Alhamdulillah, ini juga berkat kehebatan mas Robby dalam memimpin dan membimbing kami, yang belum berilmu dan berpengalaman sepeeti Yasmin. Terima kasih banyak mas.” jawab Yasmin.
“Maafkan atas sikap mas akhir-akhir ini ke kamu Yas, mas menyesal tidak semestinya mas memperlakukan kamu seperti itu. Kamu tidak salah apa-apa, kami yang bersalah kepadamu.”, terlihat raut muka Mas Robby sedih dan penuh penyesalan.
“Yasmin yang salah, seharusnya mengkomunikasikan hal itu lebih awal terutama kepada mas Robby, maafkan Yasmin juga ya mas.” jawab Yasmin.
“Sama-sama. Kamu hebat Yas, kamu berbakat, mas salut.” kata mas Robby lagi.
“Amiin terima kasih.” ucap Yasmin.
“Banyak perubahan yang kamu alami setelah mengikuti agenda itu. Mas Robby ikut seneng kalo kamu sekarang menjadi jauh lebih baik. Mas gak memaksa kamu untuk tetap berkarya di Lentera kita ini. Hanya mas berpesan jangan berhenti menulis dan jadilah diri sendiri.” kata Mas Robby serius kepada Yasmin.
“InsyaAlloh, Yasmin gak akan berhenti nulis dan akan menjadi diri Yasmin sendiri.” ujar Yasmin sambil tersenyum.
“Ini ada kenang-kenangan untuk kamu.” Mas Robby memberikan sebuah bungkusan kecil kepada Yasmin sebelum dia pergi.
Ternyata bungkusan itu berisi recorder dan ada pesan di dalamnya.

Ini akan bermanfaat bagi kamu. Aku berharap kamu tetap menjadi Yasmin yang dulu aku kenal.

Yasmin melipat kembali secarik kertas itu dan menyimpan recorder itu ke dalam laci meja belajarnya. “Terima kasih Mas Robby.” ucap Yasmin dalam hati. Dia bertekad akan membuktikan bahwa apa yang selama ini teman-teman yakini itu salah. Setelah ini Yasmin berniat berkarya dan berkontribusi untuk Rabb-Nya semata melalui tulisan-tulisan sederhana yang dia buat.

Tidak ada komentar: